Ujungpensil.com, Jakarta – Forum Pers Independent Indonesia (FPII) Setwil Maluku Utara (Malut) mengikuti rangkaian Mukernas Ke-VII dan HUT ke-8 FPII di Jakarta. Salah satu agendanya adalah visit media yang bertema ‘Temu Keakraban Pilar Demokrasi Berdaya Guna dalam Mengawasi Keterbukaan Publik’. Visit media ini diharapkan dapat mengukuhkan jaringan dan kerjasama antara FPII Malut dengan berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan publik di Malut.
Tidak hanya itu, FPII Korwil Halsel juga berkesempatan berdiskusi dengan pihak Harita Nickel, salah satu perusahaan tambang yang beroperasi di Malut. Mereka bertemu dengan Local media Engagement & partnership superintendent di STC Senayan. Mereka membahas tentang isu-isu terkini yang berkaitan dengan pertambangan di Malut.
Visit media ini juga dimanfaatkan oleh FPII Setwil Malut untuk berswafoto di beberapa tempat ikonik di Jakarta, seperti Halte Bundaran Hi atau sky bridge yang menjadi spot favorit para pengguna media sosial. Mereka juga mengabadikan momen kebersamaan dengan anggota FPII dari berbagai kabupaten kota di Maluku Utara.
Puncak dari visit media yang dilakukan oleh Forum Pers Independent Indonesia (FPII) Setwil Maluku Utara (Malut) di Jakarta adalah kunjungan ke kediaman Ketua Presidium FPII, Kasihhati, yang berada di desa Citayam, Kab. Bogor, Jawa Barat. Kehadiran mereka disambut hangat oleh Kasihhati dan Wakil Ketua Presidium FPII, Noven Saputera.
Ketua Setwil FPII Malut sekaligus Plt. Sekretaris Nasional FPII, Junaedi Abdul Rasyid, mengatakan bahwa kunjungan ini adalah bentuk penghormatan dan penghargaan kepada Ketua Presidium yang telah berdedikasi dan loyal terhadap FPII.
“Kami dari FPII Malut bersilaturahmi ke rumah Ketua Presidium bunda Kasihhati. Ini sebagai wujud rasa hormat kami terhadap pimpinan yang sangat peduli dan perhatian kepada wartawan di Indonesia, sebagai pilar berdemokrasi dan sosial kontrol masyarakat”. ujar Junaedi yang akrab disapa Juned.
Di tengah obrolan santai, Noven Saputera mengingatkan para wartawan FPII Malut untuk terus menjaga independensi dan profesionalisme. Dia juga mendorong mereka untuk membangun relasi yang luas dan positif.
“Kita harus membangun banyak relasi. FPII ini organisasi besar yang disegani karena independensinya. Untuk itu semua harus dijaga” kata Noven.
Sementara itu, Kasihhati menegaskan bahwa FPII adalah organisasi pers yang paling di segani meski baru berumur 8 tahun. Dia berpesan kepada anggota FPII Malut agar tidak mudah tergoda oleh iming-iming materi.
“FPII ini, baru 8 tahun umurnya, tapi paling di segani, kita tidak bisa dibeli. Itu bukan tipe kita” tegas Kasihhati.
Harapanya semoga dengan kegiatan ini makin menambah hubungan silaturahmi dan kebersamaan wartawan dan perusahaan media, melalui wadah organisasi Forum Pers Independent Indonesia (FPII) makin terjalin kuat sebagai wadah organisasi insan pers di Indonesia.
Sumber FPII Malut